Laman

Jumat, 13 Desember 2013



BUSANA ADAT TRADISIONAL JAWA
A. PERLENGKAPAN BUSANA ADAT JOGJAKARTA
1.
Selop Polos, semacam sandal yang bagian mukanya tertutup biasanya terbuat dari kulit berwarna hitam bagian ujungnya meruncing.



2.
Nyamping/ jarik, mempunyai berbagai macam motif. Nyamping yang dikenakan berupa batik tulis dan batik cap-capan. Ketentuan enggunaan motif batik dibedakan berdasarkan :

a. Keturunan, motif yang hanya boleh dipergunakan untuk kaum bangsawan terdiri dari : parang barong, parang garudo, parang rusak, parang kusumo, parang klitik, parang tuding, ceplok kasatriyan.


b. Jabatan, pejabat yang diangkat oleh raja boleh menggunakan motif sama dengan sentana dalem.

c. Kesempatan, setiap motif batik mempunyai angsar terhadap suatu upacara tertentu.



3.
Kendhit, ikat pinggang untuk mengencangkan kain agar tidak melorot.
Terbuat dari kain yang dibentuk menjadi seutas tali ataupun dari lawe.

4.
Lonthong, sabuk panjang yang disesuaikan dengan lingkar pinggang seseorang, dengan lebar 13 cm. Ketentuan pemakaian lonthong :

- Untuk bangsawan : bagian depan dilapisi kain sutra
- Untuk umum : terbuat dari kain tenunan khusus
- Untuk pengantin pria: motif cinde





5.
Kamus, semacam sabuk untuk mengancing lonthong. Letak dibagian tengah lonthong.

- Untuk bangsawan biasanya dihiasi ornamen yang terbuat dari emas.
- Untuk umum biasanya polos




6.
Timang, berfungsi mengancing kamus. Contoh bahan: emas, perak, gading gajah yang diukir, emas dilengkapi permata, dsb.





7.
Keris/wangkingan/duwung,
ada dua macam:


- Keris branggah/ladrangan : biasanya dipakai oleh orang yang masih muda dan mempunyai bentuk tubuh besar dan tinggi
- Keris gayaman : biasanya dipakai mereka yang berusia lanjut.




8.
Rasukan, meliputi :

-
Surjan, kemeja khas yogya. Pemakaiannya bagian kanan baju menutup bagian kiri baju sehingga bagian dada ditutup kain rangkap. Dalam istana yang boleh memakai surjan hanya kerabat raja dengan kain sutra/ kain bermotif kembangbatu. Untuk umum sehari-hari bermotif lurik.

-
Peranakan, semacam surjan berpentuk kaos, biasa dipakai abdi dalem yang melaksanakan caos di istana, bermotif lu pat berwarna hitam biru tua/hitam hijau tua

-
Beskap, sejenis surjan dengan kancing dibagian tengah seperti kemeja. Ada dua jenis beskap yaitu : beskap pethak dan beskap cemeng. Biasa dikenakan pejabat istana yang berkedudukan bupati saat upacara grebeg dan pertemuan resmi di istana. Beskap pethak siang hari, beskap cemeng malam hari. Jika dipakai umum biasanya mereka yang mempunyai hajat menantu.





9.
Desthar/blangkon, hiasan kepala berfungsi agar rambut tidak terurai kesana-kemari. Untuk gaya yogya terdapat mondolan dibelakang, konon merupakan sanggul yang ditutup kain dikanan-kiri mondolan terdapat kain melebar disebut sithingan, macam sinthingan : kamicucen, nyinthing, njebeh, asu nguyuh, nyekok, kagok, kupu tanrung, ngobis. Ngobis ini digunakan untuk mempelai laki-laki. Motif batik untuk blangkon : gadung melati dan modang dengan beberapa macam warna.




B. CARA PEMAKAIAN BUSANA ADAT
1.
Selop polos, bisa dipakai terlebih dahulu.
2.
Nyamping/jarik ,sebelum dipakai kain diwiru besarnya 3 nyari untuk laki-laki, 2 nyari untuk putri. Untuk gaya Yogya seret kain kelihatan, agar wiron tidak lepas diberi jepitan.Untuk laki-laki wiron sebelah kanan putri sebaliknya. Khusus motif parang untuk laki-laki parang berlawanan dengan arah keris.
3.
Kendhit,dipakai setelah memakai kain untuk mengikat kain.
4.
Lonthong, dipakai setelah kendhit dengan cara dililitkan dengan ditumpuk sehingga lapisan lilitan tidak tampak dari depan.
5.
Kamus, diikatkan pada lonthong agar kencang.

6.
Timang, dipergunakan untuk mengunci kamus.
7.
Rasukan,dipakai setelah kain beserta perlengkapannya dikenakan.
8.
Keris/wangkingan/dhuwung,dipakai dengan diselipkan ke dalam kamus, maka baju akan sedikit menyingkap.
9.
Blangkon,dapat dipakai setelah semua selesai, pilih blangkon yang sesuai.
C. CARA MENGENAKAN KAIN BATIK TRADISIONAL
Sebelum dipakai, kain terlebih dahulu harus diwiru atau dilipat-lipat. Besar atau lebarnya wiron adalah

· 3 Jari (untuk laki-laki),
· 2 Jari (untuk putri).
Untuk gaya Yogyakarta, seret kain masih kelihatan. Agar wiron tidak lepas , maka sebaiknya diberi jepitan. Hal itu juga bertujuan supaya wiron tetap rapi.
Setelah itu barulah kain dipakai. Cara pemakaian untuk orang laki-laki, wiron kain terletak disebelah kanan, berlawanan dengan putri. Khusus untuk kain yang bermotif parang maka untuk gaya Yogyakarta, untuk laki-laki, arah parang itu berlawanan dengan arah keris. Jika ditarik antara garis keris dan parang akan terjadi garis silang. Untuk motif-motif kain yang di dalamnya terdapat motif garuda, maka letak garuda harus berdiri dan diusahakan terletak tepat ditengah pantat pemakainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar